Penduduk adalah modal dasar pembangunan suatu daerah. Daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar berarti mempunyai potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika sumber daya manusia itu berkualitas maka akan mendukung percepatan pembangunan di daerah tersebut, jika tidak maka sebaliknya, justru menjadi beban pembangunan.
Selain sebagai modal dasar, pendudukjuga memiliki peran ganda baik sebagai subjek maupun objek pembangunan itu sendiri. Hal ini dikarenakan penduduk menjadi pelaku pembangunan yang bertujuan pada peningkatan kemakmuran penduduk itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, pembangunan yang berbasis bidang kependudukan selalu mendapat perhatian utama. Hal ini dikarenakan kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Sasaran ini akan sulit sekali dicapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan seperti besarnya junlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk. Untuk itu mutlak diperlukan data dan informasi kependudukan agar pembangunan tepat sasaran.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, Kabupaten Manokwaridihuni oleh 187.726 jiwa. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini jumlah penduduk Kabupaten Manokwari bertambah pesat. Tercatat pada tahun2000 hingga tahun 2010 penduduk Kabupaten Manokwari meningkat secara signifikan dari 127.622 jiwa menjadi 187.726 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan 3,97 persen per tahun. Angka yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia dalam periode yang sama, yaitu 1,49 persen per tahun.
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Manokwari yang pesat lebih banyak dipengaruhi oleh faktor migrasi, terlebih sejak dijadikannya Kabupaten Manokwari sebagai ibukota Provinsi Papua Barat. Kondisi ini membuat Kabupaten Manokwari menjadi ‘penarik’ bagi para pendatang untuk memperoleh kesempatan kerja maupun berusaha karena peluang mendapatkan pekerjaan atau melakukan usaha di derah asalnya sangat sulit.

1. Karekteristik Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tabel Penduduk dan Rasio Janis Kelamin Kabupaten Manokwari 2009-2010

Jenis Kelamin

2009

2010

Laki - Laki
90,079
98,940
Perempuan
86,768
88,786
Rasio
103.82
111.44

Terlihat dalam tabel tersebut bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) selama dua tahun terakhir selalu lebih besar dari 100. Ini menunjukkan jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk perempuan.Tahun 2010 proporsi penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 111,44 yang artinya diantara 100 penduduk perempuan terdapat 111 sampai 112 penduduk laki-laki.
Tabel diatas, menunjukkan bahwa peningkatan penduduk perempuan tidak sebesar penduduk laki-laki. Proporsi penduduk perempuan tahun 2010 hanya 47,30 persen dimana pada tahun 2009 sebesar 49,06 persen. Sedangkan proporsi penduduk laki-laki tahun 2010 sebesar 52,70 persen, ini meningkat dari tahun 2009 sebesar 50,94 persen. Hal ini diduga pada umumnya daerah Papua Barat bukan menjadi daerah tujuan migran bagi kaum perempuan. Menurut hukum migrasi (Law of Migration) perempuan cenderung bermigrasi pada jarak yang relatif dekat. Oleh karena itu, jumlah migran yang masuk ke Kabupaten Manokwarimasih didominasi oleh laki-laki.

2. Karakteristik Penduduku Menurut Kelompok Umur

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kabupaten Manokwari tergolong penduduk menengah (intermediate). Hal ini ditunjukkan dengan persentase penduduk usia muda (dibawah 15 tahun)tahun 2010 kurang dari 35 persen (32,84 persen)sementara penduduk usia tua (65 tahun atau lebih) hanya 1,62 persen. Median umur penduduk berada pada rentang 20-29 tahun (23,4 tahun). Umur median digunakan untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu. Artinya, sebagian penduduk Manokwari berada pada umur 20-29 tahun atau sebanyak 21,90 persen dari total penduduk Manokwari.
Rasio ketergantungan usia (Dependency ratio) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk yang tidak produktif (usia muda dan usia tua) terhadap penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan usiatahun 2010,penduduk Manokwari berada pada angka 52,61 ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan menanggung secara ekonomi sekitar 52 hingga 53 orang penduduk usia tidak produktif.


Tebel Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur 2009-2010

Kelompok Umur

2009

2010

0 – 4
11.41
11.60
5 – 9
10.36
11.13
10 – 14
9.30
10.11
15 – 19
10.62
9.42
20 – 24
9.48
11.07
25 – 29
8.32
10.83
30 – 34
8.32
9.46
35 -39
8.39
7.18
40 – 44
7.54
6.21
45 – 49
5.97
4.54
50 – 54
4.25
3.24
55 – 59
2.84
2.13
60 – 64
1.67
1.45
65 – 69
0.82
0.81
70 – 74
0.42
0.45
75 +
0.30
0.36

Total

100.00

100.00


Tabel diatas, menunjukkan bahwa proporsi penduduk usia produktif tahun 2010 lebih besar dibandingkan tahun 2009, ini berarti bahwa meningkatnya angka ketergantungan hidup.


Terus, Bagaimana Dengan "KARAKTERISTIK PENDUDUK MENURUT STATUS PERKAWINAN" ? [Please wait . . .]


Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa sejalan dengan semakin kompleksnya dunia usaha, maka kebutuhan untuk memahami masa depan yang didasarkan pada kerangka pikir yang rasional semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, peramalan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam proses administrasi usaha, terutama berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Hal ini didukung oleh suatu kenyataan bahwa efektif atau tidaknya suatu keputusan pada umumnya tergantung pada beberapa faktor yang tidak dapat dilihat pada waktu keputusan itu diambil.
Sejalan dengan perkembangan teknik peramalan yang semakin canggih yang dibarengi oleh perkembangan penggunaan komputer, peramalan semakin memperoleh perhatian pada beberapa tahun terakhir ini. Titik perhatian utama adalah pada kesalahan-kesalahan yang sering trjadi secara inheren pada setiap teknik peramalan. Ramalan tentang hasil pada masa datang jarang sekali tepat, oleh karena itu seorang peramal biasanya hanya mampu untuk mengurangi atau memperkecil tingkat kesalahan yang ada.
Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan peramalan yang akurat dan bermanfaat. Pertama adalah pengumpulan data yang relevan yang berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan yang akurat. Kedua adalah pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh seoptimal mungkin.
Secara umum, metode peramalan dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu metode kualitatif (subjektif) dan metode kuantitatif.

a. Metode Kualitatif (Subjektif)

Metode peramalan kualitatif lebih mengandalkan judgment dan intuisi manusia ketimbang penggunaan data historis yang dimiliki. Metode ini banyak digunakan dalam banyak pengambilan keputusan sehari-hari. Hal ini terutama disebabkan oleh kebutuhan yang mendesak dan biaya yang relatif tinggi untuk menggunakan metode peramalan yang canggih. Lagi pula, pengambil keputusan kerapkali percaya bahwa intuisinya tentang masalah-masalah tertentu lebih dapat dipercaya dari pada fungsi peramalan matematik.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam membentuk peramalan intuisi dapat banyak atau sedikit, tetapi semuanya bersifat khusus yaitu individual dan tidak dapat ditiru. Kita dapat memperoleh ide kualitatif tentang bagaimana peramalan kualitatif dibentuk dengan cara mewawancarai pembuat peramalan itu. Jika ingin menilai hasil peramalannya, maka satu cara yang paling baik yang dapat ditempuh adalah dengan melihat hasil pekerjaan peramalannya yang telah lalu.
Beberapa metode peramalan yang termasuk kelompok metode peramalan kualitatif ini adalah metode Delphi, pembuatan skenario, riset (penelitian) pasar dan kelompok-kelompok fokus. Dalam buku ini tidak dibahas secara detail tentang metode-metode peramalan yang termasuk kelompok metode peramalan kualitatif, sehingga pembaca yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode ini dapat membacanya di Hanke dan Reitsch (1995) atau Makridakis dkk. (1998).

b. Metode Kuantitatif

Peramalan dengan menggunakan metode kuantitif dapat diterapkan apabila terdapat tiga kondisi berikut :
  1. Tersedia informasi tentang masa lalu,
  2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik,
  3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa mendatang.
Menurut Makridakis dkk. (1998), metode peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi dua jenis model peramalan yang utama, yaitu metode kausal (regresi) dan metode time series.
Pada metode kausal, pendugaan masa depan dari suatu faktor yang diramalkan (seringkali dinamakan variabel tak bebas) didasari suatu asumsi bahwa faktor itu menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan kemudian menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tak bebas.


Sedangkan dalam metode time series, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan pada nilai masa lalu dari suatu variabel dan/atau kesalahan (faktor gangguan) masa lalu. Metode ini menitikberatkan pada pola data, perubahan pola data, dan faktor gangguan (disturbances) yang disebabkan oleh pengaruh acak (random). Tujuan dari metode peramalan time series seperti ini adalah menemukan pola dalam data time series dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.